sedekah-bumiSedekah Bumi merupakan kegiatan tradisional yang diselenggarakan sebagai bentuk rasa syukur penduduk atas hasil panen warga. Upacara Sedekah Bumi ini sudah menjadi tradisi mulai jaman nenek moyang, besar kecilnya upacara adat untuk sedekah bumi yang dilaksanakan menurut keadaan hasil panen. Apabila hasil bumi cukup baik, upacara adat sedekah bumi dimeriahkan dengan ritual, gending-gending: Giro Taloen, Srunenan, iling-iling, tari Remo, serta Jula-juli, dengan tumpengan ikannya ayam panggang serta kesenian okol, yaitu permainan gulat tradisional yang dilakukan sebagian besar oleh anak/remaja desa. Pada malam hari, biasanya disusul pagelaran wayang kulit, atau ludruk.Namun jika hasil panen menurun, sdekah bumi tetap dilaksanakan tanpa tambahan pagelaran kesenian.

Sebelum ritual dilaksanakan warga wajib berkumpul di Balai Agung (Balai Kelurahan), setelah waktu yang ditentukan semua bergerak bersama-sama/dikirab menuju puncak acara yang  dipusatkan di Pundhen Mbah Singo Joyo yang bertempat di Gang Made Njeroe (sekarang Made Barat) jarak dari Pendopo Agung kira-kira 300 meter. Upacara adat ini tiap-tiap tahun selalu diadakan setelah musim panen/musim kemarau (kira-kira bulan Agustus) pada hari libur atau hari Minggu. Dan tidak pernah berhenti sampai sekarang, bahkan arak-arakan makanan serta sayut dan buah hasil panen juga di tampilkan di Taman Bungkul sebagai asset pariwisata “Surabaya Unik”.sedekah-bumi2

Rangkaian Sedekah Bumi Kelurahan Made yang dilaksanakan pada 28 – 30 Oktober 2016 adalah sebagai berikut:

  • Campursari dan Wayang Kulit, pada 28 Oktober 2016 di Punden Mbah Singo Joyo, malam hari.
  • Uyon-uyon Tayub, pada 29 Oktober 2016 di Punden Mbah Singo Joyo, malam hari.
  • Prosesi Ruwatan, Okol/Gulat Tradisional, Ludruk, pada 30 Oktober 2016 di Punden Mbah Singo Joyo dan Balai Kelurahan Made, pagi-siang hari.

Pin It on Pinterest

Share This
X