Sedekah Bumi merupakan kegiatan tradisional yang diselenggarakan sebagai bentuk rasa syukur penduduk atas hasil panen warga. Upacara Sedekah Bumi ini sudah menjadi tradisi mulai jaman nenek moyang, besar kecilnya upacara adat untuk sedekah bumi yang dilaksanakan menurut keadaan hasil panen. Apabila hasil bumi cukup baik, upacara adat sedekah bumi dimeriahkan dengan ritual, gending-gending: Giro Taloen, Srunenan, iling-iling, tari Remo, serta Jula-juli, dengan tumpengan ikannya ayam panggang serta kesenian okol, yaitu permainan gulat tradisional yang dilakukan sebagian besar oleh anak/remaja desa. Pada malam hari, biasanya disusul pagelaran wayang kulit, atau ludruk.Namun jika hasil panen menurun, sdekah bumi tetap dilaksanakan tanpa tambahan pagelaran kesenian.
Sebelum ritual dilaksanakan warga wajib berkumpul di Balai Agung (Balai Kelurahan), setelah waktu yang ditentukan semua bergerak bersama-sama/dikirab menuju puncak acara yang dipusatkan di Pundhen. Upacara adat ini tiap-tiap tahun selalu diadakan setelah musim panen/musim kemarau (kira-kira bulan Agustus-Oktober) pada hari libur atau hari Minggu. Dan tidak pernah berhenti sampai sekarang, bahkan arak-arakan makanan serta sayut dan buah hasil panen juga di tampilkan di Taman Bungkul sebagai asset pariwisata “Surabaya Unik”.
Rangkaian Sedekah Bumi Kelurahan Sonokwijenan yang dilaksanakan pada 7-9 Oktober 2016 adalah sebagai berikut:
- Pengajian Umum, pada 7 Oktober 2016 di Punden, 19.00 WIB.
- Pagelaran Reog dan Remo Kolosal, pada 8 Oktober 2016 di Lapangan Sono Indah, 15.00 WIB.
- Campur Sari dan Lawak, pada 9 Oktober 2016 di Punden,19.00 WIB.
- Wayang Kulit, pada 9 Oktober 2016 di Punden, 10.00 WIB
Komentar Terbaru